Inilah
Sejarah
Menurut sebuah keterangan bahwa sejarah terbagi
dua, yakni : sejarah yang apa adanya dan sejarah yang seharusnya. Hal ini
kudengar dari sebuah acara di televisi lokal. Entah siapa yang mengemukakannya
si pembawa acara tidak menjelaskannya. Aku sendiri merasa belum pernah
menemukan atau mendengar keterangan ini sebelumnya. Padahal aku termasuk orang
yang sedikit tertarik dengan dunia sejarah. Ini jadi pengetahuan baru bagiku.
Maksud dari sejarah yang apa adanya menurut pembawa acara itu adalah sejarah
yang ditulis atau dituturkan secara apa adanya kisah sejarah itu. Baik dari
narasi,
deskripsi atau ilustrasi. Semuanya mengacu pada kenyataan yang terjadi apa adanya di lapangan. Sesuai kategory what, who, when, why dan how. Sedang sejarah yang seharusnya adalah sejarah yang diungkapkan atau dituturkan secara seharusnya mengikuti sejarah yang apa adanya itu. Yaitu melalui sebuah peranan dalam sandiwara atau pementasan drama.
deskripsi atau ilustrasi. Semuanya mengacu pada kenyataan yang terjadi apa adanya di lapangan. Sesuai kategory what, who, when, why dan how. Sedang sejarah yang seharusnya adalah sejarah yang diungkapkan atau dituturkan secara seharusnya mengikuti sejarah yang apa adanya itu. Yaitu melalui sebuah peranan dalam sandiwara atau pementasan drama.
Sejarah yang apa adanya bisa saja keadaanya
diapa-apakan. Artinya sejarah bisa saja direkayasa oleh satu pihak untuk
kepentingan tertentu. Isi hati sesorang siapa yang tahu. Meskipun dalam
penuturannya dilengkapi bukti-bukti yang otentik untuk mendukukng ceritanya.
Persepsi orang berbeda-beda. Pandangan orang tidak akan sama dalam melihat
suatu peristiwa ataupun tokohnya. Karena dilatar belakangi sesuatu yang tidak
diketahui bisa saja tekanan atau paksaan dari sebuah pihak, penilaian orang
bisa menjadi berbeda-beda. Tapi jika banyak hal-hal yang dituturkan sama oleh
berbagai sumber sejarah tidak mungkin untuk ditolak kebenarannya. Rasanya tidak
mungkin semua pihak sengaja bersandiwara atau bermufakat. Apalagi dalam hal
keburukan. Maka mayoritas bisa lebih dipertimbangkan kebenarannya. Namun jika
kenyataanya semua itu bohong hanya rekayasa semata yang diamini semua orang, ya
sudahlah. Namanya juga cerita. Bukankah sejarah juga cerita? Cerita yang
terjadi di masa lalu umat manusia. Masa lalu adalah yang telah lalu. Masa
sekarang adalah yang sekarang. Yang sedang kita jalani.
Tidak ada artinya lagi jika masih menghidupkan di
masa lalu di masa sekarang. Apalagi hanya melahirkan pertikaian dan perselisihan.
Generasi-generasi di jamannya saling memperebutkan pangkat era terbaik. Orde
lama, orde baru atau reformasi. Semuanya saling membanggakan diri. Dan lucunya
orang yang memperdebatkan hal ini adalah rakyat kecil yang kurang pendidikan.
Rasanya apa pentingnya bagi mereka? Tidak akan menghantarkan mereka menjadi
pejabat di pemerintahan. Apalagi jika sudah diributkan dengan masalah partai politik.
Yang namanya politik pasti tengik. Tidak ada kata haram dalam politik. Sampai
umpatan dan penistaan keluar dari mulut-mulut mereka. Tidak sadar jika
sebenarnya mereka telah menjadi korban politik. Masa lalu biarlah menjadi
kenangan yang akan kita lihat sekali-kali untuk bercermin di masa sekarang dan
yang akan datang dalam melewati perjuangan meraih semua harapan.
Sejarah adalah kisah yang tertinggal dari masa
lalu. Tugas kita adalah meraup kisah itu dan mencongkeli hikmah-hikmah yang
terselip atau terkubur dalam setiap kisah. Kita ambil pelajaran berharga yang
disampaikan secara tersirat dari suratan-suratan sejarah. Itulah yang
terpenting. Bukan sebagai bahan perdebatan yang tidak ada ujungnya.
Keburukan-keburukan di masa lalu biarkan menjadi cerminan untuk kita agar tidak
mengulanginya kembali. Sedang kebaikan-kebaikan di masa lalu biarkan dikenang
untuk dihormati, dihargai, dan diteladani. Betapa kebaikan akan selalu
menjadikan setiap orang menjadi pahlawan. Dari presiden yang pertama sampai
yang sebentar lagi lingsir kita pelajari saja masa-masa kejayaan mereka.
Dibanding-banding bukan untuk mencari mana yang terbaik. Tapi untuk dipelajari
sampai mana mereka bisa berkarya yang terbaik untuk bangsa. Semua keburukan
mereka janganlah menjadi gunjingan. Allah sudah jelas mengatakan dalam
firman-Nya di dalam Al-qur’an, bahwa jangan sekali-kali kita menggunjing orang
lain, membicarakan keburukan orang lain atau mencap orang lain buruk. Selama
orang itu masih seakidah. Masih saudara kita sebagai muslim. Bukankah
membicarakan keburukan saudaranya seperti memakan daging saudaranya itu pula?
Inilah sejarah. Apa adanya bisa saja adanya
diapa-apakan. Apakah siswa-siswa sekolah telah dibohongi atau dipermainkan
sejarah? Tentu bukan hal itu yang dimaksudkan harus mempelajari sejarah.
Pelajaran sejarah dibuat agar peserta didik memiliki semangat juang yang tinggi
dalam meraih cita-citanya. Dan mungkin tugas guru pelajaran sejarah untuk dapat
menyampaikan hikmah atau membantu murid-muridnya menemukan hikmah-hikmah penting
dari sejarah yang berguna untuk kehidupan mereka. Bukan hanya sebagai
pengetahuan yang suatu saat dipakai untuk berdebat kusir. Tapi sebagai bekal
untuk menjalani hari-harinya di masa yang akan datang. Tokoh-tokoh pahlawan di
masa lalu kita hormati dan hargai perjuangan mereka dalam bakti membela negri.
Meskipun ada saja kekurangan-kekurangan mereka sehingga berlaku buruk. Namanya
juga manusia tidak akan ada yang sempurna. Pemilihan Presiden sebentar lagi.
Carilah sosok yang terbaik bukan yang sempurna. Baik agamanya dan juga
karyanya. Diharapkan untuk tidak asal memilih. Tapi pelajari dulu tokoh-tokoh
calonnya. Untuk Indonesia yang lebih baik sudah saatnya rakyat bangkit. Junjung
demokrasi sesungguhnya. Yang bebas tekanan dan propoganda dari pihak lain. Kita
buat sejarah. Sejarah yang baik untuk anak-cucu. Sejarah yang nyata kebaikannya
dan sesuai kenyataan. Bukan yang apa adanya sampai bisa diapa-apakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar