Cinta itu Normal
“ Nis!!”
Sebuah sapaan menghentikan langkah kakiku
memasuki kelas. Kepalaku pun berputar sembilan puluh derajat ke arah kanan,
arah sumber sapaan itu. Aku kenal betul suara lembut yang memanggil namaku itu.
Padahal dulu suara itu sangat asing sekali.
“ Ya, ada apa?” tanyaku, untuk
memastikan apa dia hanya menyapa bukan memanggil. Jujur, sebenarnya aku belum
bisa membedakan antara sapaan atau panggilan darinya.
“ Enggak, sana masuk!” jawabnya
seraya tersenyum.
Tuh, kan. Aku selalu saja dibuat
bingung. Kena lagi deh. Kali in dia menyapaku. Dan untuk kedua kalinya sapaan
itu terasa aneh.
Aku dan Riza baru kenal enam bulan.